Isu-Isu Perkembangan dalam Masa Toddler
Kira – kira antara ulang tahun pertama dan kedua, bayi menjadi toddler. Transformasi ini dapat dilihat tidak hanya pada keterampilan fisik dan kognitif , seperti bicara dan berjalan.
Tiga isu psikologis yang toddler dan pengasuh mereka harus hadapi :
Tumbuhnya rasa mengenai diri
Konsep diri adalah citra kita tentang diri kita keselurahan gambaran kemampuan dan sifat – sifat hal ini menggambarkan apa yang kita tahu dan rasa mengenai diri kita dan
memberikan petunjuk pada tindak kita. Anak menggambungkan ke dalam citra diri, gambaran yang direfleksikan orang lain kembali ke mereka. Kapan dan bagaimana konsep diri terbentuk?
Dari tumpukan pengalam yang tampaknya terisolasi , infant mulai mengambil pola – pola konsisten yang membentuk konsep yang belum sempurna mengenai diri dan yang lain nya. Tergantung pada
jenis perawatan yang diterima infant dan bagaimana dia merespons, emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan menjadi terkoneksi dengan pengalaman yang memainkan penting dalam pertumbuhan konsep tentang diri.
Setidaknya saat usia 3 bulan infant, memberikan atensi pada cermin citra diri mereka, usia 4 sampai 9 bulan menunjukkan ketertarikan yang lebih pada citra diri yang lain dibandingkan diri mereka. Diskriminasi persepsi di
awal mungkin menjadi pondasi dari kesadaran konseptual mengenai diri yang berkembang pada usia 15 sampai 18 bulan. Antar 4 sampai 10 tahun, ketika infant belajar meraih, menggenggam dan membuat sesuatu terjadi, mereka
mengalami rasa dari agen pribadi, realisasi bahwa mereka dapat mengontrol peristiwa eksternal, perkembangan ini terjadi dalam interaksi dengan pengasuh saat melakukan permainan, misalnya bermain cilukba ketika kesadaran infnt
menjadi menigkat mengenai perbedaan diri dengan yang lain.
Dalam penelitian garis krisikal investigator mengoles pemarah pipi pada hidung anak usia 6 sampai 24 bulan dan mendudukan mereka di depan cermin, sedangkan bayi yang lebih muda di bawah 15 bulan tidak pernah melakukannya.
Pada studi selanjutnya, usia sekitar 18 dan 24 bulan cenderung menyentuh stiker di kaki mereka, yang hanya terlihat di cermin sebagai kesatuan dengan wajah mereka. Satu anak dapat mengenali diri mereka sendiri, mereka melihat
preferensi untuk melihat diri mereka sendiri pada video citra dari anak lain pada usia yang sama. Di usia 20 sampai 24 bulan toddler mulai menggunakan kata ganti orang pertama, tanda lain dari kesadaran diri. Antara usia 19 sampai 30 bulan,
mereka mulai mengaplikasikan istilah deskriptif (“ besar” atau “kecil”, “rambut lurus atau rambut keriting”) dan isitilah deskriptif (“bagus”, “cantik”) pada diri meraka sendiri.perkembangan bahasa yang cepat memungkinkan anak untuk berfikir
dan berbicara tentang diri dan untuk menggabungkan deskripsi verbal orang tua
(“kamu sangat cerdas”, “anak laki – laki yan hebat!”) ke dalam kemunculan citra diri.
Perkembangan otonomi
Sesuai dengan kematangan pada anak – secara fisik, kognitif, dan emosional – mereka di dorang untuk mendapatkan kemandirian dari orang dewasa, yang menjadi sumber kelekatan mereka. “aku lakukan!” adalah kata toddlers, gunakan untuk
mengembangkan otot dan pikiran yang mencoba melakukan semua hal oleh mereka sendiri – tidak hanya untuk berjalan, tapi untuk memakan dan memakai pakaian mereka sendiri dan untuk mengeksplorasi hidup mereka.mengidentifikasi priode mulai dari
28 bulan sampai 3 tahun. sebagai tahap 2 dari perkembangan kepribadaian , otonomi versus malu dna ragu yang ditandai dengan pergantian dari control eksternal ke control diri. Datang mulalui masa infancy dengan perasaan dari kepercayaan dasar dalam
dunia dan membangunkan kesadaran diri, toddler mulai menggantikan penelian mereka sendiri untuk pengasuh mereka.keutaman pada masa ini adalah kehendak/keinginan. Toilet training adalah langkah penting dari otonom dan control diri begitu pula bahasa.
Karena kebebasan yang tidak terbatas , hal ini tidak aman dan tidak sehat. Malu dan ragu memilki tempat yang diperlukan. Toldder membutuhkan orang dewasa untuk mengatur batasan yang sesuai, malu dan ragu membantu mereka menggali kebutuhan terhadap batasan tersebut.
Akar perkembangan moral sosialisasi dan internalisasi
Sosialisasi adalah proses saat anak mengembangkan kebiasaan,keterampilan dan nilai nilai dan motif yang membuat mereka bertanggung jawab , anggota yang produktif dari kelompok social. sosialisasi bertumpu tidak lagi bertumpu pada internalisasi dari standar ini. Anak yang
sukses melakukan sosialisasi tidak lagi menaati peraturan dan perintah hanya Karena untuk mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman mereka telah membuat standar kelompok social milik mereka sendiri.
Membentuk regulasi diri,
Contoh prilaku laticia berumur 2 tahun , hampir memasukkan jarinya ke dalam stop kontak listrik. Di apartemennya, stop kotak tertutup, tapi tidak di sini , dirumah neneknya. ketika laticia mendengar ayahnya berteriak “ jangan” toddler menarik kembali tangannya . di waktu berikunya
ia mendekarti stop kontak, dia mulai memasukkan jarinya kemudian ragu – ragu dan kemudian berkata “jangan”. Dia telah menghentikan dirinya dari melakukan sesuatu yang dia ingat seharunya tidak dilakukan. Dia mulai menunjukan regulasi diri. Regulasi diri adalah fondasi dari sosialisasi
dan hal ini terhubung dengan semua domain perkembangan – fisik kognitif, emosional dan social. Sebelum mereka dapat mengontrol perilaku mereka sendiri, anak mungkin membutuhkan kemampuan meregulasi atau mengontrol, proses atensional mereka untuk memodulasi emosi – emosi negative
regulasi antensional memungkinkan anak untuk mengembangkan tekad dan menghadapi frustasi.
Asal hati nurani : melakukan sesuai keinginan
Hati nurani termasuk dua hal ketidak nyamanan emosi mengenai melakukan sesuatu yang salah dan kemapuan untuk menahan diri dari melakukannya. Sebelum anak dapat mengembangkan hati nurani, mereka butuh menginternalisasi standar moral. hati nurani tergantung pada kemauan untuk
melakukan hal yang benar karena anak percaya bahwa ini adalah benar bukan hanya karena orang lain mengatakan begitu. anak dinilai menunjukan kepatuhan berkomitmen jika mereka bersedia mengikuti perintah untuk membersihkan dan untuk tidak menyntuh mainan khusus tanpa pengingat
atau penyimpangan.anak menunjukkan kepatuhan situasional, jika mereka membutuhkan dorongan kepatuhan pada control orang tua yang terus menerus kepatuhan berkomitmen berhubungan dengan internalisasi nilai pengasuhan dan aturan. Akar dari kepatuhan berkomitmen kembali pada masa
infacy pengikut kepatuhan berkomitmen biasanya anak perempuan cenderung pada mereka yang berusia 8 sampai 10 bulan, dapat menahan diri dari menyentuh ketika dikatakan “tidak!” kepatuhan berkomitmen cenderung menigkat dengan usia, saat kepatuhan situasional menurun. Kerja sama reseptif,
melampai kepatuhan berkomitmen. Hal ini adalah kesedian anak bersemangat untuk berkerja sama harmonis dengan orang tua tidak hanya dalam situasi displin tetapi dalam beragam interaksi harian termasuk kegiatan rutin, pekerjaan rumah tangga, kebersihan dan bermain.
Faktor – Faktor dalam Suksesnya Sosialisasi
Cara orang tua melaksanakan tugas sosialisasi anak – anak mereka dan kualitas hubungan orang tau, anak mungkin membantu memprediksi bagaimana sulit atau mudahnya sosialisasi akan terjadi. Namun begitu tidak semua anak merespons dengan cara yang sama. Sebagai contoh toddler yang
temperamental dan penakut dapat merspons lebih baik pada pengingat halus dari pada peringatan yang keras, sedangkan toddler yang berani mungkin membutuhkan pengasuhan yang asertif.
